Oleh:
Richa
Angkita M / 09/294195/PMU/6365 / Ekonomi Islam Pascasarjana UGM
A.
Pendahuluan
Barangkali
akan banyak fihak yang akan terkejut apabila dikatakan bahwa lebih baik kita
berkaca pada Malaysia. Sama halnya dengan Indonesia, Malaysia tengah mengalami
perubahan besar dalam sistemnya, baik sistem ekonomi maupun politiknya. Peralihan dari Mahathir Mohamad kepada Badawi
beberapa tahun lalu mencerminkan transisi yang sangat serius dan seakan
menandai lebih terbukanya sistem politik dan ekonomi di sana, yang kemudian
pemerintahan sekarang ini beralih kepada Najib Razak yang semakin mengalami perubahan
baik di sektor ekonomi maupun politik. Dilihat dari segi keterbukaan, Malaysia
menunjukkan banyak segi yang dapat ditiru, dengan lebih terbukanya persaingan
dalam perekonomian dan pemerintahan. Jadi, lepas dari banyaknya isu yang bisa
menimbulkan konflik dengan Malaysia, ternyata kita punya banyak persamaan
dengan negara itu. Hanya, pemerintah Malaysia berhasil dalam pembangunan
ekonominya. Sebagai contoh, menterengnya bandara dan transportasi umum di Kuala
Lumpur. Ada baiknya juga apabila kita melihat dan mengamati usaha-usaha
pemerintahan Malaysia dalam peningkatan perekonomiannya, sehingga kita bisa
jadikan sebagai masukan untuk pemerintahan negara kita khususnya pada sektor
ekonomi politik.
Malaysia sebagai negara persekutuan yang belum pernah ada hingga tahun 1963.
Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan oleh
Britania
Raya pada akhir abad ke-18, dan sebagian wilayah barat Malaysia modern terdiri dari
beberapa kerajaan yang terpisah-pisah. Kumpulan wilayah jajahan itu dikenal
sebagai Malaya Britania hingga
pembubarannya pada 1946, ketika kumpulan itu disusun kembali sebagai Uni Malaya. Karena
semakin meluasnya tentangan, kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali sebagai Federasi
Malaya pada tahun 1948 dan kemudian meraih kemerdekaan pada 31 Agustus 1957. Singapura, Sarawak, Borneo
Utara, dan Federasi Malaya bergabung
membentuk Malaysia pada 16 September 1963. Tahun-tahun
permulaan persekutuan baru diganggu oleh konflik militer dengan Indonesia dan keluarnya
Singapura pada 9 Agustus 1965.[1]
Maka setelah mencapai kemerdekaannya
pada tahun 1957, terdapat perubahan komposisi di parlemen Malaysia. Perubahan
dalam skala besar ataupun kecil memiliki peluang yang sama. Perubahan skala
besar di peroleh dari pembaharuan system ketatanegaraan, sedangkan skala kecil
di tandai dengan perubahan norma-norma dan nilai-nilai social politik hukum
dalam kehidupan bernegara. Dapat dilihat dalam system ketatanegaraan Malaysia
yang menganut sistem parlementer namun masih melestarikan pola feodal berupa
dominasi raja (kerajaan) dalam struktur negara. Demokrasi parlementer suatu hal
yang dapat di kenal dalam pola organisasi antara eksekutif dan legislatif yang
selalu berhadapan dan berjalan berirama. Namun keberadaan kerajaan sebagai
simbol negara masih dapat dipandang elemen struktural yang absolute dan
otoritarian.
Sekilas kita mengetahui latar belakang
Malaysia dengan sistem pemerintahan yang sedemikian rupa, sehingga muncul
dibenak kita bagaimana kondisi ekonomi serta politik di negeri jiran ini. Maka
menurut informasi dari AmResearch Sdn Bhd yang meramalkan perekonomian Malaysia
tumbuh delapan persen di 2010. Penguatan kondisi domestik dan luar negeri
menjadi dasar prediksi AmReserch tersebut. “Saat ini kami memproyeksikan lebih
tinggi dari yang lain, sebesar delapan persen atau terkuat sejak 1996.
Pertumbuhan kuat terjadi meskipun stimulus moneter dan fiskal akan berakhir
pada akhir tahun,” kata AmResearch dalam keterangan resmi seperti dikutip dari Bernama,
Jumat (23/4/2010). Prediksi AmResearch lebih tinggi dibandingkan target yang
ditetapkan bank sentral Malaysia (Bank Negara Malaysia) yang sebelumnya
memprediksi 2010 tumbuh 4,5-5,5 persen saja dan Bank Dunia 5,7 persen.
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana
usaha Malaysia dalam meningkatkan perekonomiannya begitu juga politik negaranya
penulis ingin membahasnya lebih lanjut dalam makalah ini.
B.
Pembahasan
I.
Profil Negara[2]
Nama Negara :
Malaysia
Bendera Negara :
Motto : “Bersekutu Bertambah
Mutu”
Lagu
Kebangsaan : Negaraku
Ibu
kota : Kuala Lumpur
Kota
terbesar : Kuala Lumpur
Bahasa
Resmi : Bahasa Melayu (Bahasa
Malaysia)
Pemerintahan : Monarki Konstitusional
Perdana
Menteri : Najib Tun Razak
Kemerdekaan : 31 Agustus 1957
Luas : 329,847 km2
Jumlah
Penduduk : 27.730.000 (perkiraan September
2007)
Kepadatan : 845/km2
PDB
Nominal (perkiraan 2008)
-
Total : $222,219 miliar
-
Perkapita : $8.140
Mata
Uang :
Ringgit Malaysia (RM) (1 Ringgit Malaysia = 100 Sen)
Organisasi
Perdagangan : APEC, ASEAN, WTO
Inflasi : 5,8 % (anggaran 2008)
Penduduk
di bawah garis kemiskinan : 3,5 % (anggaran 2007)
Jumlah
tenaga kerja : 11,2 Juta
(Anggaran 2008)
Prosentase
tenaga kerja berdasarkan sektor : pertanian: (13%), industri: (36%),
perkhidmatan: (51%) (anggaran 2005)
Pengangguran : 3,7 % (anggaran 2008)
Industri Utama :
- Semenanjung Malaysia : Getah dan minyak kelapa sawit, elektronik, peleburan
biji timah, kayu balak
- Sabah : Perladangan kelapa sawit, petroleum
- Sarawak : Pertanian, petroleum
Rekan
dagang utama : Jepang (13%),
China (12,9%), Singapura (11,5%), Amerika Serikat (10,8%), Taiwan (5,7%),
Thailand (5,3%), Korea Selatan (4,9%), Jerman (4,6%), Indonesia (4,2%) (2007)
Sekilas mengamati profil Negara Malaysia beserta
pendapatan perkapitanya, dapat diketahui bahwa Malaysia tergolong Negara Islam
kaya dengan sistem pemerintahan dan perekonomiannya yang berkembang. Begitu
juga dengan jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan maupun
penganggurannya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia. Hal itu
mencerminkan bahwa pendapatan penduduk lebih merata dibandingkan dengan Negara
kita.
II.
Sejarah Awal
Semenanjung Melayu berubah menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara ketika Cina dan India memulai perdagangan mereka melewati Selat Melaka. Pada awalnya, Banyak kerajaan yang
berdiri pada abad ke-10 berasal dari pelabuhan, termasuk
Langkasuka dan Lembah Bujang di Kedah, Beruas dan
Gangga Negara di Perak, dan Pan Pan
di Kelantan. Kemudian pada awal abad ke-5, Kesultanan Melaka didirikan dan kemakmuran ekonominya telah menarik
minat penjajah dari Portugis, Belanda dan Britania.
Pemukiman Selat (Straits Settlements)
Koloni Mahkota (Crown Colony) Britania dibentuk pada 1826,
dan Britania sedikit demi sedikit menyebarkan pengaruh dan kawalannya kepada
seluruh semenanjung. Pemukiman Selat termasuk Pulau Pinang, Singapura dan Melaka. Pada 1867,
Inggris menjadi semakin agresif dan mulai merebut negeri-negeri Melayu lainnya.
Akibat perang saudara, gangguan persatuan sulit China, Britania telah dipilih
untuk menyelesaikan masalah-masalah penduduk Negeri Selat. Akhirnya, Perjanjian
Pangkor ditandatangani yang mengakibatkan perluasan kekuasaan Britania ke
negeri-negeri Melayu (yaitu Perak, Pahang, Selangor dan Negeri Sembilan yang juga dikenal sebagai Negeri-negeri Bersekutu). Negeri-negeri lain
yang dikenali sebagai Negeri-Negeri Tidak Bersekutu ialah Perlis, Kedah, Kelantan, dan Terengganu yang berada di bawah kuasa Thailand.
Di Borneo pula, Borneo
Utara Britania yang dulu berada di bawah pemerintahan Kesultanan Sulu (sekarang
Sabah) ditabalkan sebagai Koloni Kerajaan Britania,
manakala Sarawak menjadi milik keluarga Brooke. Akibat penaklukan Jepang pada Perang Dunia II dan kebangkitan komunis, dukungan untuk kemerdekaan semakin kuat. Saat
Britania menginginkan pembentukan Uni Malaya setelah berakhirnya perang,
masyarakat Melayu bangun menentang dan menginginkan sistem yang
pro-Melayu, Singapura akhirnya
melepaskan diri dari MALAYSIA dan membentuk negara sendiri. dan meminta sistem
kewarganegaraan tunggal (berbanding dwiwarganegara, yang mengizinkan kaum
pendatang mendapat status warganegara Malaya dan negara asal mereka).
Kemerdekaan untuk semenanjung diperoleh pada 1957 di bawah nama
Persekutuan Malaya, tanpa Singapura.
III. Ekonomi Politik
Malaysia
Pemerintah Malaysia bertekad
mencapai pendapatan perkapita sebesar 17.000 dollar AS pada 2010 sehingga masuk
kategori negara maju seperti standar Bank Dunia.
Untuk itu, Malaysia tengah mempertimbangkan New Economic Model (NEM) untuk merombak sistem ekonomi yang telah diberlakukan selama empat dekade. Melalui NEM, pemerintah akan mencabut kebijakan pemberian subsidi dan menerapkan sistem pajak barang dan jasa (goods and services tax/GST) yang baru. Sistem baru itu diharapkan dapat menarik investor lokal dan asing untuk berinvestasi di Malaysia. Pasalnya, rezim ekonomi yang diterapkan sejak kerusuhan rasial pada 1969 tersebut dinilai investor mendorong patronisme dalam perekonomian Malaysia sehingga investasi beralih ke Indonesia atau Thailand.
Untuk itu, Malaysia tengah mempertimbangkan New Economic Model (NEM) untuk merombak sistem ekonomi yang telah diberlakukan selama empat dekade. Melalui NEM, pemerintah akan mencabut kebijakan pemberian subsidi dan menerapkan sistem pajak barang dan jasa (goods and services tax/GST) yang baru. Sistem baru itu diharapkan dapat menarik investor lokal dan asing untuk berinvestasi di Malaysia. Pasalnya, rezim ekonomi yang diterapkan sejak kerusuhan rasial pada 1969 tersebut dinilai investor mendorong patronisme dalam perekonomian Malaysia sehingga investasi beralih ke Indonesia atau Thailand.
Dalam
rencana reformasi ekonomi itu, pemerintah berencana menyetop pengontrolan harga
dan pemberian subsidi, terutama untuk bahan bakar minyak (BBM), makanan, dan listrik
untuk kalangan tertentu. Penghematan akan dialokasikan untuk jaring pengaman
sosial bagi 40 persen penduduk terbawah. Dalam rencana anggaran 2010,
pemerintah berencana memangkas subsidi sebesar 3,6 triliun ringgit. Langkah
pemerintah negeri jiran itu masih membingungkan karena akhir pekan lalu,
Malaysia membatalkan kenaikan harga BBM dan uji coba pemberlakuan pajak untuk
produksi barang dan jasa. Kebijakan reformasi yang maju mundur menyebabkan
investasi yang datang ke negara ini selama dua tahun terakhir hanya 26,1 miliar
ringgit atau setara 7,88 miliar dollar AS. Berdasarkan data Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), angka itu merupakan 21 persen dari total investasi asing
yang ada di Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Padahal pada periode 1990-2000,
Kuala Lumpur mampu menyedot setengah dari total investasi di tiga negara
tersebut. Pemerintah Malaysia berusaha mengangkat pertumbuhan industrinya
sehingga mampu mendorong pendapatan perkapita negara itu sebesar 17.000 dollar
AS pada 2010. Dengan angka ini, Malaysia akan masuk kategori negara maju
seperti standar Bank Dunia. Menurut Bank Dunia, tanpa adanya perubahan radikal
di bidang ekonomi, keinginan Malaysia untuk menjadi negara maju akan tersalip
China dan Vietnam Mantan Menteri Keuangan Malaysia, Tun Daim Zainuddin,
menegaskan kebijakan ekonomi baru tersebut harus fokus pada sejumlah strategi
untuk menjadikan negara itu lebih kompetitif di tingkat regional, global,
maupun domestik. Saat ini, warga Melayu sebagai mayoritas mendapatkan ke
untungan yang lebih karena men dapatkan pinjaman yang murah serta diskon dalam
pem belian properti. Bumiputera juga mendapatkan akses ter depan terhadap
pendidikan dan komposisi saham dalam perusahaan.[3]
Meskipun
Malaysia telah merdeka pada tahun 1957, namun keadaan pada saat itu belum dapat
dikatakan aman seperti yang diharapakan. Oleh karenanya tanah Melayu terpaksa
berusaha terus menghapuskan pengganas-pengganas komunis. Usaha meningkatkan
taraf hidup rakyat khasnya di luar-luar Bandar dan memajukan perkembangan
ekonomi Negara mulai dijalankan. Rancangan-rancangan pemulihan dan
kemudahan-kemudahan pelajaran telah diperluas. Untuk memperbaiki dan
mengukuhkan ekonomi Negara pula, rancangan-rancangan yang lainnya juga
dilakukan, seperti menanam padi dua kali setahun. Sementara itu di lapangan
industry dan perdagangan juga dimajukan dengan menggalakkan pengusaha-pengusaha
asing menanam modal di Negara ini. Kestabilan politik dan perkembangan ekonomi
yang pesat itu, telah menyebabkan Tanah Melayu mulai dikenali di kalangan
antara bangsa. Hubungan-hubungan dan kerjasama-kerjasama dengan Negara-negara
luar bertambah luas terutamanya Negara-negara Jiran. Sementara itu,
Negara-negara jiran mempunyai hubungan
erat dengan Tanah Melayu, seperti; Singapura, Sarawak, Brunai, dan
Borneo Utara.[4]
Dibandingkan
dengan kebanyakan Negara lain di dunia, Malaysia termasuk Negara dengan
perkonomian kaya. Malaysia juga merupakan salah satu Negara dengan pendapatan
perkapita tertinggi di Asia Tenggara selain Singapura, dan Brunei. Begitu juga
dengan penyaluran dananya yang baik, sehingga menempati ranking ke 20 dari 107
negara dalam institutional investor’s
country credit rating (New York). Bahkan pada tahun 1983, pada saat
terjadi resesi, hampir seperempat proyek investasi asing telah masuk ke Negara
ini. Sekarang ini, Jepang menjadi Negara investor terbesar di Malaysia.[5]
Reformasi dan Pembangunan Ekonomi Malaysia
Untuk memperjelas pembahasan
mengenai ekonomi politik Malaysia, maka penulis ingin memaparkan beberapa
langkah yang ditempuh kerajaan Malaysia dalam usaha meningkatkan pembangunan
ekonomi pemulihannya sebagaimana yang telah dirumuskan oleh beberapa
cendekiawan muslim baru-baru ini. Antara lain, mereka menegaskan bahwa dalam
rangka mengurangi beban yang ditanggung oleh rakyat, maka perlu diambil
langkah-langkah sebagai berikut;
1. Mengurangi
beban cukai
o Mengawasi
sistem percukaian secara menyeluruh, dengan tujuan untuk menstabilkan hasil
kerajaan dengan mengurangi beban cukai terhadap rakyat, terutamanya bagi yang
berpenghasilan rendah dan sederhana.
2. Menghapuskan
kemiskinan
o Menghapuskan
kemiskinan mutlak dalam jangka waktu separuh penggal
o Memperbaiki
dasar serta rancangan pemberantasan kemiskinan agar dibebaskan dari campur
tangan politik dan benar-benar membantu golongan termiskin.
o Menyelaraskan
berbagai program pemberantasan kemiskinan yang sudah ada.
3. Membantu
pengusaha kecil dan penjaja
o Menyediakan
infrastruktur dan kemudahan, bersih dan menarik bagi penjaja.
4. Mencapai
pertumbuhan dinamik dan adil
Supaya
ekonomi menjadi lebih dinamis dan untuk meningkatkan daya saing di pasar
global, Malaysia juga perlu meningkatkan permitaan domestik serta pendayagunaan
domestik yang produktif, oleh karena itu kerajaan perlu:
o Mengkaji
seluruh pengawasan yang telah ada, dengan tujuan melengkapi kekurangannya.
o Memastikan
bahwa sektor swasta berasaskan atas etika korporat, sedangkan sektor perbankan
dan keuangan tidak disalahgunakan dan diurus dengan penuh tanggung jawab.
o Mengutamakan
proyek-proyek yang memberikan manfaat yang paling besar kepada rakyat, seperti
proyek-proyek perumahan sederhana, proyek memperbaiki sistem kereta api, proyek
jalan raya di negeri Sabah dan Sarawak, dan sebagainya.
o Menghentikan
proyek-proyek yang terlalu besar dan diperkirakan terlalu mubadzir, seperti
Empangan Bakun dan Empangan Sungai Selangor. Dan menghilangkan segala sesuatu
yang tidak memberikan manfaat kepada rakyat.
o Meningkatkan
peluang ekonomi bagi semua rakyat, dengan memberikan perhatian khusus dan
bantuan khusus kepada golongan masyarakat ekonomi lemah, dan memberikan
dorongan inisiatif kepada para usahawan, terutama para usahawan kecil dan
sederhana.
o Memastikan
perkembangan ekonomi seimbang lagi mapan, dan tidak melepaskan keutuhan sosial
atau merusak alam sekitar dan sumber daya alam.
o Memastikan
rakyat miskin dan kurang mampu telah diutamakan kesejahteraannya dengan
memberikan pendapatan yang lebih baik, lapangan pekerjaan, dan tanah kepada
mereka.
o Memastikan
bahwa hak istimewa tidak disalahgunakan untuk memberikan kemewahan kepada
orang-orang yang berkuasa di Negara.
5. Meningkatkan
Perindustrian
Meskipun
perindustrian Malaysia sudah terbilang maju, kemampuan industri Malaysia masih
perlu diperhatikan dan diberikan dorongan agar tetap meningkat. Karena
bagaimanapun juga masih terdapat beberapa kelemahan, untuk itu usaha kerajaan
dalam menanggulangi kelemahan-kelemahan tersebut antara lain;
o Meningkatkan
kualitas perekonomian dan memperbanyak perindustrian dengan meningkatkan daya
saing ekonomi Negara dan meningkatkan kegiatan ekspor.
o Mengatasi
kelemahan teknologi industri dengan mengganti teknologi dengan sistem yang
lebih canggih lagi.
o Memastikan
bahwa proyek-proyek besar, termasuk juga proyek-proyek industry berat dirancang
dengan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan.
o Memberikan
dorongan moral dan spiritual kepada untuk industry kecil dan menengah kebawah
o Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia khususnya para usahawan baik menengah kebawah
maupun mengengah keatas
o Menggunakan
modal, keahlian, pasaran, dan teknologi luar negeri secara bijaksana demi
memperkokoh asas-asas ekonomi dalam negeri
o Meningkatkan
peranan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi demi kemajuan pendidikan disertai
dengan praktek yang sesuai.
6. Meningkatkan
pertanian dan perikanan kecil dan sederhana
Akhir-akhir
ini, seolah kerajaan telah melupakan betapa pentingnya sektor pertanian. Oleh
karena itu, sektor ini perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Mengingat sektor ini
telah menyelamatkan ekonomi Malaysia pada saat keadaan ekonominya kurang dalam
keadaan baik. Dalam konteks ini, kerajaan perlu;
o Mengutamakan
pembangunan pertanian untuk meningkatkan pangan demi keselamatan dan kestabilan
Negara
o Meningkatkan
pengawasan sektor pertanian, khususnya teknologi tinggi, pangan, serta
pemanfaatan industri hasil tanaman di Malaysia.
o Mengubah
undang-undang demi melindungi keselamatan kekayaan alam dalam bidang pertanian
dan perhutanan serta meningkatkan pemanfaatan industri kekayaan alam
7. Mengutamakan
perusahaan kecil dan sederhana
Perusahaan
kecil dan sederhana juga dapat memainkan peranan yang penting, bukan hanya
untuk pemulihan ekonomi, akan tetapi dapat memegang peranan penting dalam
menembus pasar antar bangsa. Namun, demi menyokong pembangunan dan perkembangan
perusahaan kecil ini, perlu diambil diambil langkah-langkah yang intensif yang
berkenaan dengan teknologi dan sumber daya manusia yang ada di dalamnya.
Sehubungan dengan hal ini, maka kerajaan melakukan;
o Memberikan
dana yang cukup (jaminan dari kerajaan) untuk membangun perusahaan kecil dan
sederhana yang mana bertujuan untuk mendayagunakan sumber daya manusia yang
berpotensi, tidak hanya karena politik Negara saja.
8. Meningkatkan
sistem keuangan
Dalam
sektor perbankan dan keuangan, adapun langkah-langkah usaha yang dilakukan oleh
Malaysia antara lain;
o Bersifat
jujur, tulus, dan bertanggung jawab serta tidak melenceng dari nilai-nilai
Islam.
o Memudahkan
pencairan dana maupun kredit untuk usaha-usaha produktif, bukan untuk hal-hal
spekulatif
o Memperbaiki
nama baik dan kewibawaan Bank Negara
o Memastikan
bahwa pembelanjaan Negara disalurkan terutama untuk meningkatkan taraf hidup
golongan miskin, serta wilayah pedesaan dan pedalaman yang masih terisolir.
Produksi
GDP Malaysia terdiri dari beberapa
komponen, kebanyakan diantaranya adalah pelayanan pemerintah, seperti
penyediaan air dan listrik, dan utilitas lainnya, serta layanan hotel,
restoran, dan sebagainya. Akan tetapi penekanannya disini adalah terutama pada
produksi barang. Banyak dari barang produksi tersebut yang diekspor ke luar
negeri dimana keseluruhan barang produksi tersebut diambil dari kekayaan sumber
daya alam Malaysia sendiri atau dari hasil cipta dalam negeri. Namun, ketiga
sektor tersebut antara lain; pertanian (termasuk kayu), mineral, dan
manufaktur.
Disektor pertanian, beras merupakan
komoditi yang sangat unik, karena memang bukan termasuk tanaman ekspor. Potensi
produksi sangat didorong oleh skema irigasi (yang memungkinkan untuk dua kali
tanam). Selain itu, pemerintah yang pada awalnya menentang untuk perluasan
lahan untuk penanaman karet, namun setelah mengetahui potensi karet dan kelapa
sawit yang cukup menjanjikan, disisi lain karet dan kelapa sawit lebih efisien
untuk diproduksi, maka pada akhirnya sejak tahun 1960 karet menjadi tanaman
pertanian utama.[6]
Diantara mineral, eksistensi timah
pun semakin menurun, karena menjadi semakin mahal, begitu juga dengan
sumber-sumber kekayaan baru juga sulit ditemukan. Namun dalam beberapa tahun
terakhir, ditemukannya minyak dan gas alam yang kemudian mendorong sektor
mineral. Maka pada masa sekarang ini, cadangan minyak Malaysia tidak akan habis
selama sekitar dua puluh lima tahun, bahkan gas alam akan cukup digunakan
paling tidak tiga puluh sampai lima puluh tahun.[7]
Ekspor
dan Impor
Untuk mengontrol laju dan perkembangan
ekpor, pemerintah sangat berperan penting. Lebih-lebih dalam usaha menjaga laju
harga karet dan timah. Harga ekspor mengalami penurunan pada saat terjadi
resesi akan tetapi masih ada harapan untuk meningkat di kancah perekonomian
dunia. Maka jelaslah akan muncul variasi dalam tingkatan produk yang
berbeda-beda. Namun kebijakan konservatif untuk beberapa item seperti timah dan
minyak juga akan cenderung membatasi penerimaan ekspor. Selain itu, pendapatan
ekspor juga akan dipengaruhi oleh kecepatan eksportir Malaysia dalam
menyesuaikan diri terhadap perubahan di dalam preferensi pasar.
Sedangkan impor Malaysia tidak hanya pada
impor makanan dan barang-barang manufaktur saja, akan tetapi juga mesin,
peralatan, minyak dan pelumas. Selama resesi, harga impor Malaysia cenderung
meningkat dibanding dengan harga ekspor. Jepang adalah partner utama Malaysia
dalam perdagangan. Sedangkan Singapura dan Amerika Serikat merupakan partner
berikutnya setelah Jepang. Jepang mengekspor sejumlah barang yang lebih tinggi
nilainya ke Malaysia dibandingkan dengan impor dari Malaysia dan memiliki
surplus dalam jasa pembayaran.[8]
Manajemen
Modern Haji
Manajemen haji
dan Dana dan Dewan Malaysia, dikenal sebagai Haji Modern didirikan pada tahun
1969 di bawah hukum Malaysia, meskipun Pilgrim Tabungan Corporation pertama
kali diperkenalkan pada tahun 1962 dan kemudian bergabung dengan kantor Kantor
Urusan Haji. Tujuannya adalah untuk menyediakan sarana Islam yang tepat untuk
memobilisasi tabungan secara bertahap, investasi mereka dalam kegiatan ekonomi
sesuai dengan syari'at, sehingga membantu umat Islam untuk melakukan ziarah di
Makkah pada biaya serendah mungkin. Jadi, Haji Tabungan Corporation didirikan
pada bulan Agustus 1962 dan mulai beroperasi pada tanggal 30 September 1963.
Selanjutnya, perusahaan ini bergabung dengan Kantor Urusan Haji yang telah
beroperasi sejak tahun 1961 untuk melahirkan hingga saat ini. Manajemen
peziarah dan Badan Dana pada tahun 1969 atau lebih dikenal sebagai Haji Modern diatur
oleh Undang-undang Hukum Malaysia 8:
Pengelolaan Dana Haji dan Dewan (Mengubah), 1973. Selama bertahun-tahun Haji
Modern muncul sebagai institusi untuk mobilisasi tabungan dan investasi.
Dalam melaksanakan
fungsinya sebagai lembaga tabungan, Modern Haji bekerja sama dengan sebuah bank
Islam yang beroperasi dan beroperasi dengan deposan. Berikut deposan memberikan
persetujuan untuk Modern Haji untuk mengelola deposito mereka untuk tujuan
investasi. Keuntungan yang diperoleh dari investasi didistribusikan di antara
para deposan dalam bentuk bonus. Dalam lingkungan pasar yang kompetitif layanan
yang efisien dan cepat untuk para deposan memainkan peran penting dalam menarik
deposito. Keanggotaan Tabungan haji dibatasi hanya untuk Muslim Malaysia serta
tidak ada batas usia. Untuk memastikan pertumbuhan yang stabil baik dalam jumlah
deposan baru dan deposito, Modern Haji tahunan mempunyai target yang diharapkan
dari kantor cabang. Target jangka panjang adalah mencapai paling sedikit 50%
dari penduduk Islam Malaysia untuk menjadi anggota Tabungan Haji.[9]
IV. Kesimpulan
Pada dasarnya setelah kita mengetahui secara menyeluruh
tentang sistem ekonomi politik di Malaysia tidak jauh berbeda dengan Indonesia
yang dahulunya juga bernasib sama yaitu dikuasai oleh para penjajah dan
akhirnya dengan kegigihannya dapat mencapai kemerdekaan setelah mengalami
beberapa peristiwa bersejarah. Meskipun setelah kemerdekaan pun Negara belum
sepenuhnya optimal dalam melaksanakan sistem pemerintahannya, karena tidak
dapat dipungkiri bahwa penjajah juga masih menjajah bangsa ini secara tidak
langsung. Seperti halnya dengan Indonesia, Malaysia juga mengalami perubahan
besar dalam sistemnya. Akan tetapi Malaysia dapat dikatakan lebih unggul
dibanding Indonesia dalam pembangunan ekonominya. Usaha pemerintahan yang
berbentuk monarki konstational lebih dapat mengaplikasikan sistem ekonomi
kepada sektor riil. Sehingga Negara selalu memperhatikan kepentingan dan
kemakmuran rakyatnya. Seperti halnya sistem tabungan haji yang telah
diberlakukan di Negeri Jiran ini. Dari satu hal ini, penulis melihat bahwa
ekonomi berbasis syari’ah sangat diterapkan sekali di negeri ini, mengingat
penduduknya yang mendukung dimana mayoritas penduduk beragama Islam.
Sebetulnya, Indonesia juga berpenduduk mayoritas Muslim, akan tetapi tampaknya
ekonomi syari’ah belum dapat diterapkan secara kaffah.
Kemudian dari pada itu, jika kita lihat betapa majunya
bandara dan transportasi umum di Kuala Lumpur, yang mana otomatis dengan
keadaan seperti ini, akan menarik investor Luar Negeri. Sehingga sebagaimana
yang telah penulis paparkan dalam pembahasan diatas, bahwasanya Malaysia
mempunyai potensi kerja sama dengan Luar Negeri baik dalam sektor ekspor,
impor, perhubungan, dan lain-lain, sebab Malaysia dinilai mempunyai sistem
perekonomian yang maju.
Namun, setelah kita mengamati tentang sistem perekonomian
Malaysia yang sudah dapat dikategorikan maju, bukan berarti kita harus
menjiplak segala sesuatu yang terjadi di Negara ini. Karena bagaimanapun,
Malaysia juga mempunyai kelemahan, salah satunya adalah perlakuan terhadap
etnis cina dan india (dibanding bumi putera atau melayu) di Malaysia yang cukup
memprihatinkan. Hal yang hendak penulis tekankan disini adalah bahwa mengintip
keadaan Negara-negara tetangga tidak hanya menarik, akan tetapi juga bisa
membangun kepercayaan diri. Kita memang masih harus banyak belajar tentang
pembangunan ekonomi, tapi mungkin kita tidak perlu menyontek mereka, karena
dari segi kemapanan partai dan kebebasan demokrasi kita ternyata cukup maju.
Walaupun secara ekonomi mungkin kita masih tertinggal dari mereka, tapi bagaimanapun
sebagai warga Negara dan Khalifah di muka bumi ini harus selalu bersyukur dan
selalu berusaha memberikan kontribusi kepada Negara dengan melihat dan
menjadikan Negara-negara tetangga sebagai suri tauladan dan pemicu kesemangatan
kita agar selalu bangkit dan menciptakan kehidupan perekonomian yang lebih baik
dan lebih berbarokah, Amin.
Daftar
Pustaka
Abdullah Firdaus, Kepimpinan Melayu, Percetakan Jiwabaru
Sdn Bhd, Kuala Lumpur, 1985
Abdul Manan Mohammad, Hajj Management of Malaysia, Jedah;
Saudi Arabia
Milne, R.S. dan Mauzy
Diane K, Malaysia Tradition, Mobernity,
and Islam, Westview Press, Boulder and London, 1986
Milne, R.S. dan Mauzy
Diane K, Malaysia New States in a New
Nation, Frank Cass, London, 1974
Noor
Bin Abdulillah Mohd, Kemasukan Sabah Dan
Sarawak Ke Dalam Persekutuan Malaysia, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kuala Lumpur, 1979
[4] Mohd.Noor Bin
Abdulillah, Kemasukan Sabah Dan Sarawak
Ke Dalam Persekutuan Malaysia, (Kuala Lumpur, Percetakan Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1979) hlm. 9
[5] R.S. Milne dan Diane
K. Mauzy, Malaysia Tradition, Mobernity,
and Islam (Westview Press, Boulder and London, 1986) hlm. 125
[9] Mohammad Abdul Manan,
Hajj Management of Malaysia ( Jedah; Saudi Arabia) hlm. 22
thank you gan
BalasHapuskunjungi website kita www.uma.ac.id , www.ekonomi.uma.ac.id